Kresna
atau Krishna adalah seorang tokoh yang biasa digambarkan sebagai sosok
pengembala muda yang memainkan seruling (seperti misalnya dalam Kitab
Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang memberikan tuntunan filosofis (seperti dalam kitab
Bhagawadgita).
Menurut kitab
Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama
Dwaraka. Dalam wiracarita
Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam kitab
Bhagawadgita, ia adalah perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak (
dharma)
kepada Arjuna. Ia mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang
hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga Bharata (
Mahabharata/
Bharatayuddha)
akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya, dan
Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak melihat secara langsung, melainkan
melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang
Bharatayuddha.
1. Asal usul nama “Kresna”
Gambar 1: Ilustrasi Kresna dan Yasoda (ibu tirinya). Lukisan karya Raja Ravi Varma.
Dalam bahasa
Sanskerta, kata Krishna atau Kresna berarti
“hitam” atau “gelap”, dan kata ini umum digunakan untuk menunjukkan pada
orang yang berkulit gelap. Dalam
Brahma Samhita 5.30,
dijabarkan bahwa Kresna memiliki warna kulit gelap bersemu biru langit.
Dan umumnya divisualkan berkulit gelap atau biru pekat. Sebagai contoh,
di Kuil Jaganatha, di Puri, Orissa, India, Kresna di gambarkan memiliki
kulit gelap berdampingan dengan saudaranya Baladewa dan Subadra yang
berkulit cerah.
2. Nama lain dari Kresna
Kresna sebagai orang bijaksana memiliki banyak sekali nama panggilan
sesuai dengan kepribadian atau keahliannya. Nama panggilan tersebut
digunakan untuk memuji, mengungkapkan rasa hormat, dan menunjukkan rasa
persahabatan atau kekeluargaan. Nama panggilan Kresna di bawah ini
merupakan nama-nama dari kitab
Mahabarata dan
Bhagawadgita versi aslinya (versi India). Nama panggilan Kresna adalah:
1.
Achyuta (Acyuta, yang tak pernah gagal)
2.
Arisudana (penghancur musuh)
3.
Bhagavān (Bhagawan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa)
4.
Gopāla (Gopaala, Pengembala sapi)
5.
Govinda (Gowinda, yang memberi kebahagiaan pada indria-indria)
6.
Hrishikesa (Hri-sikesa, penguasa indria)
7.
Janardana (juru selamat umat manusia)
8.
Kesava (Kesawa, yang berambut indah)
9.
Kesinishūdana (Kesini-sudana, pembunuh raksasa Kesin)
10.
Mādhava (Madawa, suami Dewi Laksmi)
11.
Madhusūdana (Madu-sudana, penakluk raksasa Madhu)
12.
Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
13.
Mahāyogi (Maha-yogi, rohaniwan besar)
14.
Purushottama (Purusa-utama, manusia utama, yang berkepribadian paling baik)
15.
Varshneya (Warsneya, keturunan wangsa Wresni)
16.
Vāsudeva (Waasudewa, putera Basudewa)
17.
Vishnu (Wisnu, penitisan Batara Wisnu)
18.
Yādava (Yaadawa, keturunan dinasti Yadu)
19.
Yogesvara (Yoga-iswara, penguasa segala kekuatan batin)
3. Kehidupan Sang Kresna
Gambar 2: Ilustrasi Kresna sebagai pengembala, sedang memainkan bansuri (seruling).
Ikthisar kehidupan Kresna di bawah ini diambil dari
Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan
Wisnupurana.
Lokasi dimana Kresna diceritakan adalah India Utara, yang sekarang
merupakan wilayah negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi,
dan Gujarat. Kutipan pada permulaan dan akhir cerita merupakan teologi
yang tergantung pada sudut pandang cerita.
Kelahiran
Kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan
perhitungan astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19
Juli tahun 3.228 SM.
Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan merupakan
putera kedelapan yang lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya Basudewa.
Mathura adalah ibukota dari wangsa yang memiliki hubungan dekat seperti
Wresni, Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali sebagai Yadawa
karena nenek moyang mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang dikenal
sebagai Surasena setelah adanya leluhur terkemuka yang lain. Basudewa
dan Dewaki termasuk ke dalam wangsa tersebut. Raja Kamsa, kakak Dewaki,
mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya ke penjara, yaitu Raja
Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang mengatakan bahwa ia akan
mati di tangan salah satu putera Dewaki, maka ia menjebloskan pasangan
tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera Dewaki yang
baru lahir.
Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan Dewaki kehilangan putera
ketujuhnya, lahirlah Kresna. Karena hidupnya terancam bahaya maka ia
diselundupkan keluar dan dirawat oleh orangtua tiri bernama Yasoda dan
Nanda di Gokula, Mahavana. Dua anaknya yang lain juga selamat yaitu,
Baladewa alias Balarama (putera ketujuh Dewaki, dipindahkan ke janin
Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera dari Basudewa dan
Rohini yang lahir setelah Baladewa dan Kresna).
Masa kanak-kanak dan remaja
Nanda merupakan pemimpin di komunitas para pengembala sapi, dan ia tinggal di
Vrindavana.
Kisah tentang Kresna saat masa kanak-kanak dan remaja ada di sana
termasuk dengan siapa dia tinggal, dan perlindungannya kepada
orang-orang sekitar. Kamsa yang mengetahui bahwa Kresna telah kabur
terus mengirimkan raksasa (seperti misalnya Agasura) untuk
membinasakannya. Sang raksasa akhirnya terkalahkan di tangan Kresna dan
kakaknya, Baladewa. Beberapa di antara kisah terkenal tentang keberanian
Kresna terdapat dalam petualangan ini serta permainannya bersama para
gopi (pengembala perempuan) di desa, termasuk Radha. Kisah yang
menceritakan permainannya bersama para gopi kemudian dikenal sebagai
Rasa lila. Dan kisah bagaimana dia menyelamatkan warga
Vrindavana dari kemarahan dewa Indra (dewa hujan) dengan mengangkat bukit
Gowardhana.
Gambar 3: Lukisan yang menggambarkan Kresna sedang mengangkat bukit
Gowardhana. (Salah satu koleksi dari Institusi Smithsonian)
Kresna Sang Pangeran
Kresna yang masih muda kembali ke Mathura, dan menggulingkan kekuasaan
pamannya – Kamsa – sekaligus membunuhnya. Kresna menyerahkan tahta
kembali kepada ayah Kamsa, Ugrasena, sebagai Raja para Yadawa. Ia
sendiri menjadi pangeran di kerajaan tersebut. Dalam masa ini ia menjadi
teman Arjuna serta para pangeran Pandawa lainnya dari Kerajaan Kuru,
yang merupakan saudara sepupunya, yang tinggal di sisi lain Yamuna.
Kemudian, ia memindahkan kediaman para Yadawa ke kota Dwaraka (di masa sekarang disebut Gujarat). Ia menikahi Rukmini, puteri dari Bismaka dari Kerajaan Widarbha.
Bharatayuddha dan Bhagawadgita
Kresna merupakan saudara sepupu dari kedua belah pihak dalam perang antara Pandawa dan Korawa (Mahabharata/Bharatayuddha).
Ia menawarkan mereka untuk memilih pasukannya atau dirinya. Para Korawa
mengambil pasukannya sedangkan dirinya bersama para Pandawa. Ia pun
sudi untuk menjadi kusir kereta Arjuna dalam pertempuran akbar. Pada
saat itulah lahir kata-kata bijak dari Kresna yang dicatat oleh Sanjaya,
yang kemudian di kenal dengan Bhagawadgita. Dalam kitab ini terangkum semua wejangan dari Kresna yang diberikan kepada Arjuna sebelum pertempuran akbar itu dimulai.
Kehidupan di kemudian hari
Setelah perang, Kresna tinggal di Dwaraka
selama 36 tahun. Kemudian pada suatu perayaan, pertempuran meletus di
antara para kesatria Wangsa Yadawa yang saling memusnahkan satu sama
lain. Lalu kakak Kresna – Baladewa – melepaskan raga dengan cara
melakukan Yoga. Kresna berhenti menjadi raja kemudian pergi ke hutan dan
duduk di bawah pohon melakukan meditasi. Seorang pemburu yang keliru
melihat sebagian kaki Kresna seperti rusa kemudian menembakkan panahnya
dan menyebabkan Kresna mencapai keabadian. Menurut kitab Mahabharata,
kematian Kresna disebabkan oleh kutukan Gandari. Kemarahannya setelah
menyaksikan kematian putera-puteranya menyebabkannya mengucapkan
kutukan, karena Kresna tidak mampu menghentikan peperangan. Setelah
mendengar kutukan tersebut, Kresna tersenyum dan menerima itu semua, dan
menjelaskan bahwa kewajibannya adalah bertempur di pihak yang benar,
bukan mencegah peperangan.
Menurut referensi dari kitab Bhagawatapurana dan Bhagawadgita,
ditafsirkan bahwa Kresna wafat sekitar tahun 3100 SM. Ini berdasarkan
deskripsi bahwa Kresna meninggalkan Dwaraka 36 tahun setelah peperangan
dalam Mahabharata terjadi. Matsyapurana mengatakan bahwa Kresna
berusia 89 tahun saat perang berkecamuk. Setelah itu Pandawa memerintah
selama 36 tahun, dan pemerintahan mereka terjadi saat permulaan zaman Kaliyuga. Selanjutnya dikatakan bahwa Kaliyuga dimulai saat Duryodana dijatuhkan ke tanah oleh Bima.
Hubungan keluarga
Ayah Kresna adalah Prabu Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak)
dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa,
sehingga Krishna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan
Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa alias
Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna
yang kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan
Yudistira.
4. Kresna dalam pewayangan Jawa
Dalam pewayangan Jawa, Prabu Kresna merupakan Raja Dwarawati, kerajaan
para keturunan Yadu (Yadawa) dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna
adalah anak Basudewa, Raja Mandura. Ia (dengan nama kecil “Narayana”)
dilahirkan sebagai putera kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya dikenal
sebagai Baladewa (alias Kakrasana) dan adiknya dikenal sebagai Subadra,
yang tak lain adalah istri dari Arjuna. Ia memiliki tiga orang istri dan
tiga orang anak. Istri isterinya adalah Dewi Jembawati, Dewi Rukmini,
dan Dewi Satyabama. Anak-anaknya adalah Raden Boma Narakasura, Raden
Samba, dan Siti Sundari.
Gambar 4: foto: Wujud Kresna yang diadaptasi oleh seni pewayangan Jawa.
Pada perang Bharatayuddha, beliau
adalah sais atau kusir Arjuna. Ia juga merupakan salah satu penasihat
utama Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang
dinamakan Karna Tanding sebagai sais Arjuna, beliau memberikan wejangan
panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan beliau dikenal sebagai Bhagawadgita.
Kresna dikenal sebagai seorang yang sangat
sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, mengubah bentuk menjadi
raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan
kembali orang yang mati. Ia juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia, pusaka-pusaka sakti, antara lain Senjata Cakra, Kembang Wijayakusuma, terompet kerang (Sangkala) Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.
Setelah meninggalnya Prabu Baladewa (Resi
Balarama), kakaknya, dan musnahnya seluruh Wangsa Wresni dan Yadawa,
Prabu Kresna menginginkan moksa. Ia wafat dalam keadaan bertapa dengan
perantara panah seorang pemburu bernama Jara yang mengenai kakinya.
5. Wejangan Sri Kresna dalam kitab Bhagawadgita
Sebagai tokoh yang luarbiasa, Kresna telah melahirkan kata-kata mutiara
yang begitu luas dan dalam maknanya. Terutama ketika ia memberikan
wejangan kepada Arjuna saat perang Mahabharata/Bharatayuddha terjadi. Semua wejangannya itu bahkan di catat oleh Sanjaya dan dikumpulkan dalam sebuah kitab yang diberi nama Bhagawadgita.
Berikut diberikan beberapa kutipan yang diambil dari kitab Bhagawadgita yang terjadi saat perang Mahabharata/Bharatayuddha.
Semua kata-katanya membawa pesan-pesan kebaikan dan bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan. Adapun diantara kutipannya adalah sebagai
berikut:
1. ”Yadā yadā hi dharmasya, glānir bhavati bhārata, abhyutthānam adharmasya tadātmanaṁ sṛjāmy aham”
Artinya: ” Kapan pun kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada
saat itu aku turun menjelma, wahai keturunan Bharata (Arjuna)
2. ”Paritrāṇāya sādhūnāṁ, vināśāyā ca duṣkṛtām, dharma-saṁsthāpanārthāẏa, sambhavāmi yuge yuge”
Artinya: “Untuk menyelamatkan orang shaleh dan membinasakan orang jahat,
dan menegakkan kembali kebenaran, aku sendiri menjelma dari zaman ke
zaman
3. ”Purodhasāṁ ca mukhyaṁ māṁ viddhi pārtha bṛhaspatim, senāninām ahaṁ skandaḥ, sarasām asmi sāgaraḥ”
Artinya: “Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa aku
adalah Brihaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima, aku adalah
Kartikeya, dan di antara segala sumber air, aku adalah lautan
4. ”Prahlādaś cāsmi daityānāṁ, kālaḥ kalayatām aham mṛgāṇāṁ ca mṛgendro ‘haṁ vainateyaś ca pakṣiṇām”
Artinya: “Di antara para Detya, aku adalah Prahlada, yang berbakti
dengan setia. Di antara segala penakluk, aku adalah waktu. Di antara
segala hewan, aku adalah singa, dan di antara para burung, Aku adalah
Garuda.
5. ”Dyūtaṁ chalayatām asmi tejas tejasvinām aham jayo ‘smi vyavasāyo ‘smi sattvaṁ sattvavatām aham”
Artinya: “Di antara segala penipu, aku adalah penjudi. aku adalah
kemulian dari segala sesuatu yang mulia. aku adalah kejayaan, aku adalah
petualangan, dan aku adalah kekuatan orang yang kuat
6. ”Vṛṣṇīnāṁ vāsudevo ‘smi pāṇḍavānām dhanañjayaḥ, munīnām apy ahaṁ vyāsaḥ kavīnām uśanā kaviḥ”
Artinya: “Di antara keturunan Wresni, aku ini Kresna. Di antara Panca
Pandawa, aku adalah Arjuna. Di antara para Resi, aku adalah Wyasa. Di
antara para ahli pikir yang mulia, aku adalah Usana.
7. “Karmamy eva `dhikaras te, ma phalesu kadacana; ma karmaphalahetur bhur; ma te sango `stv akarmani”
Artinya: “Jalankan saja kewajibanmu, jangan mengharap hasil; jangan
biarkan pahala menjadi motif tindakanmu; demikian pula jangan biarkan
dirimu berdiam diri”
8. “Yada te mohakallim, budhir vyatitarisyati, tada gantasi nirvedam srotavyasya srutasya ca”
Artinya: ”Ketika budimu melampaui kekeruhan ilusi, engkau akan sanggup
bersikap seimbang pada apa yang kau dengar dan apa yang akan engkau
dengar”
9. ”Krodhab bhavati sammohah. Sammohat smrtivibhirah. Smrtibihramsad buddhinaso. Buddhinasat pranasyati”
Artinya: ”Dari amarah lahirlah kebingungan, dari kebingungan hilanglah
ingatan. Dari hilang ingatan menghabcrukan budi. Dan kehancuran budi
berujung pasa kemusnahan”
10. ”Na sti budhhir ayuktasya, na ca `yuktasya bhavana. Na ca bhavayatah santir, asantasya kutah sukham”
Artinya: ”Orang yang tak bisa mengendalikan hawa nafsu tak memiliki
budi, ia juga tak memiliki kemampuan berkonsentrasi. Tanpa konsentrasi
tak ada kedamaian dan tanpa kedamaian bagaimana kebahagiaan bisa
diperoleh?”
11. ”Indriyanam hi caratam, yam mano harati prajnam. Vayur navam iva mbhasi”
Artinya: ”Ketika pikiran mengejar hawa nafsu, ketenangan jiwa akan hilang. Seperti angin yang membwa kapal di atas air”
12. ”Yas tv indriyani manasa, niyamsya `rabhate `rjuna. Karmendriyaih karmayogam asktah sa visisyate”
Artinya: ”Lakukan apa yang mesti engkau lakukan, karena bekerja lebih
baik daripada tidak berkerja. Bahkan keberlangsungan hidup fisikmu tak
akan bisa bertahan tanpa kerja”
13. “Yad-yad acarati srethas. Tad-tad eve `trao janah. Sa yat pramanam kurute lokas tad anuvartate”
Artinya: ”Apapun yang dilakukan orang besar akan diikuti masyarakatnya.
Teladan apapun yang ia berikan akan ditiru seluruh dunia”
14. ”Svadharma api ca veksya, na vikampium arbasi. Dharmyad dhi yuddhac chreyo `nyat Ksatriyasya na vidyate”
Artinya: ”Setelah menyadari kewajibanmu sendiri, engkau tak boleh ragu.
Tak ada yang lebih baik bagi seorang kesatria selain maju berperang demi
menjalankan kewajiban”
15. ”Sadrsam cestate svayab. prakrter jnanavan api. Prakrtim yanti bhutani. Nigrahah kim karisyati”
Artinya: ”Orang bijak bertindak sesuai dengan sifat dasarnya. Semua
makhluk hidup pun mengikuti sifat dasar mereka. Apa yang bisa
diselesaikan dengan paksaan?”
16. ”Indriyasye `ndriyasya `rithe. Ragadvesau vyavasthitau. Tayor na salam agacchet, tau by asya paripanthinau”
Artinya: “Cinta dan kebencian pada suatu objek keinginan terletak pada
objek keinginan itu sendiri. Janganlah menyerah pada keduanya, sebab
keduanya adalah pernghalang belaka”
17. “Sreyan svadharmo vigunah, paradharmat svanusthitat. Svadharme nidhanam sreyah. Paradharmo bhayavahah”
Artinya: ”Lebih baik menjalankan kewajiban sendiri meskipun tidak
sempurna, daripada menjalankan kewajiban orang lain dengan sempurna.
Lebih baik mati ketika menjalankan kewajiban sendiri, karena menjalankan
kewajiban orang lain itu bahaya”
18. ”Kamakrodhaviyuktanam yatinam yatacetasam. Abhito brahmaniranam vartate viditatmanam”
Artinya: ”Dia yang menguasai diri yang telah bebas dari hasrat
keinginan dan amarah serta telah menguasai pikiran dan mencapai
pengetahuan tentang Diri, beroleh kebahagiaan tertinggi dalam Tuhan”
19. ”Manusyanam sahasresu kascid yatat siddhaye. Yatatam api siddhanam kascid mam vetti tatvatah”
Artinya: ”Kecil kemungkinan dari antara seribu orang ada satu orang yang
berjuang berusaha mencapai kesempurnaan, dan dari antara mereka yang
berjuang dan berhasil, jarang sekali yang mengenal Tuhan secara benar”
20. ”Pravrttim ca vivrttim ca jana na vidur asurah. Na saucam na, `pi ca `caro, na satyam tesu, vidyate”
Artinya: ”Mereka yang bersifat jahat tidak tahu jalan tindakan atau
jalan pengingkaran diri. Pada diri mereka, tidak ada kemurnian hati,
kelakuan yang baik, ataupun kebenaran”
21. ”Asapasasatair baddhah, kamakrodhaparayanah”
Artinya: ”Terbelenggu beratus-ratus ikatan hasrat keinginan, menghanyutkan diri dalam arus pusaran nafsu dan amarah”
***
Begitulah sekilas tentang Sri Kresna. Semoga
dengan tulisan tentang kisah hidup dan beberapa wejangannya ini, bisa
membuat kita semakin menghargai peran hidup dan kehidupan. Menjadikan
diri kita bersemangat dalam mengemban setiap amanah sebagai khalifah di
muka Bumi. Amin.
Yogyakarta, 18 Oktober 2010
Mashudi Antoro (Oedi`)
Referensi:
* Kitab
Bhagawadgita
*
http://id.wikipedia.org/wiki/Kresna